BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Hakikat cinta kasih yaitu cinta boleh jadi merupakan suatu istilah
yang sulit untuk dibatasi secara jelas. Kendatipun demikian, sulit juga untuk
diungkapkan dan diingkari bahwa cinta adalah salah satu kebutuhan hidup manusia
yang cukup fundamental. Begitu fundamentalnya sampai-sampai membawa Victor
Hago, seorang punnjagga terkenal, pada satu kesimpulan: b ahwa mati tanpa cita
sama halnya dengan mati dengan penuh dosa.
Cinta memang sangat erat terpaut dengna kehidupan manusia. Tidak
pernah selintas pun orang berpikir bahwa cinta itu tidak penting. Mereka haus
akan cinta.
Kendatipun demikian, hampir setiap orang tidak pernah berpikir
tentang apa dan bagaimana cinta itu. Padahal berpikir tentang apa dan bagaimana
cinta itu padahal, cinta bisa diibaratkan sebagai suatu seni yang sebagaimana
bentuk seni lainnya sangat memerlukan pengetahuan dan latihan untuk bisa
menggapainya.
Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia karangan
W.J.S. Purwodarminto, kasih syang diartikan dengan perasaan sayang, perasaan
cinta tau perasaan suka kepada sesorang semua itu juga terpaut dengan keindahan
sesuatu yang bagus, permai, cantik, elok dan semua sesuatu yang dinilai indah.
BAB II
PEMBAHASAN
Manusia
dan Cinta Kasih (Kapital)
A. Arti Cinta Kasih
Cinta kasih bersumber pada ungkapan perasaan yang didukung oleh unsur karsa, yang
dapat berupa tingkahlaku dan pertimbangan dengan akal yang menimbulkan tanggung
jawab. Dalam cinta kasih tersimpul pula rasa kasih sayang dan kemesraan. Belas
kasihan dan pengabdian. Cinta kasih yang disertai dengan tanggung jawab
menciptakan keserasian, keseimbangan, dan kedalaman antara sesama manusia,
dengan lingkungan, dan antara manusia dengan Tuhan.
Secara sederhana cinta kasih adalah perasaan kasih sayang,
kemesraan, belas kasihan dan pengabdian yang diungkapkan dengan tingkah laku
yang bertanggung jawab. Tanggung jawab artinya akibat yang baik, positif,
berguna, saling menguntungkan, menciptakan keserasian, kseimbangan, dan
kebahagiaan, berbagai bentuknya dapat diuraikan sebagai berikut:
1) Cinta
diri
Secara alamiah manusia mencintai dirinya sendiri. Manusia membenci
segala sesuatu yang mendatangkan penderitaan, rasa sakit dan bahaya lainnya.
Cinta diri erat hubungannya dengan menjaga diri. Manusia menurut
segala sesuatu yang bermanfaat dan berguna bagi dirinya. Gejala yang
menunjukkan kecintaan manusia terhadap dirinya sendiri ialah kecintaanya luar
biasa terhadap harta benda. Sebab manusia beranggapan dengan harta benda ia
dapat merealisasikan semua keinginannya guna mencapai kesenangan-kesenangan
kemewahan hidup.
Cinta terhadap dirinya tidak harus dihilangkan, tetapi harus
berimbang dengan cinta kepada orang lain untuk berbuat baik. Inilah yang
dimaksud dengan cinta ideal.
Al-Quran (QS:7:188 dan Surah 41 ayat 49).
2) Cinta
sesama manusia
Cinta kepada sesama manusia merupakan watak manusia itu sendiri.
Perlakuan yang baik kepada sesama manusia bukan dalam arti karena seseorang itu
membela, menyetujui, mendukung, atau berguna bagi dirinya, melainkan datang
dari hati nuraninya yang ikhlas disertai tujuan yang mulia.
Motivasi seseorang mencintai sesama manusia disebabkan karena
manusia itu sendiri tidak dapat hidup sendirian (manusia sebagai makhluk
sosial) dan merupakan suatu kewajiban (QS:49:10)
3) Adil
dan belas kasih
Sering orang berpendapat bahwa belas kasih atau cinta itu di atas
keadilan. Dengan pendapat tersebut mereka bermaksud bahwa perilaku yang
digerakkan atau dimotivasi oleh belas kasih itu lebih utama daripada kerjaan
yang digerakkan oleh rasa keadilan.
4) Pertemuan
dan cinta
Pertemuan antara dua orang dapat membangkitkan rasa cinta. Dalam
pertemuan terjadi saling membuka hati, terbuka dan jujur. Hubungan antar dua
orang memuncak dalam hubungan cinta sebab asal mula hubungan cinta itu adalah
anugerah Tuhan. Syarat cinta adalah kerendahan hati pada orang yang memanggil,
kesediaan pada orang yang dipanggil.
Dalam cinta timbul komunikasi, kebersamaan yang sungguh-sungguh
komunikatif dan selalu mengandung suatu imbauan kepada sesama.
5) Cinta
kepada Tuhan (Allah swt)
Puncak cinta manusia yang paling tinggi, mulia, jernih dan spiritual
ialah cintanya kepada Allah dan kerinduannya kepada-Nya. Tidak hanya shalat,
pujian dan doanya, tetapi semua tindakan dan tingkah lakuknya ditujukan kepada
Allah, mengharapkan penerimaan dan ridha-Nya. Dalam firman Tuhan : “Katakanlah:
jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutlah aku, niscaya Allah mengasihi
dan mengampuni dosa-dosamu. Allah maha pengamupun lagi maha penyayang”
(Q:3:31).
Cinta seorang mukmin kepada Allah melebihi cintanya kepada segala
sesuatu yang ada di dalam kehidupan ini, melebihi cintanya kepada dirinya
sendiri, anak-anaknya, isterinya, kedua orang tuanya, keluarganya dan hartanya.
Cinta yang ikhlas seorang manusia kepada Allah merupakan pendorong
dan mengarahkannya kepada penundukkan semua bentuk kecintaan lainnya. Cinta
kepada Allah akan membuat seseorang akan menjadi mencintai sesama manusia,
hewan, semua makhluk Allah, dan seluruh alam semesta. Hal ini terjadi karena
semua yang ada dipandang sebagai manifestasi Tuhannya, sebagai sumber kerinduan
spiritualnya dan harapan kalbunya.
B. Contoh Cinta Kasih
Ada
beberapa contoh cinta kasih, yaitu sebagai berikut:
1) Cinta
kasih antara orang tua dengan anaknya. Orang tua yang memperhatikan dan
memenuhi kebutuhan anaknya, berarti mempunyai cinta kasih terhadap anak, mereka
selalu mengharapkan agar anaknya menjadi orang baik dan berguna dikemudian
hari.
2) Cinta
kasih antara pria dan wanita. Seorang pria menaruh perhatian terhadap seorang
gadis dengan prilaku baik, lemah lembut, sopan, apalagi memberikan sekuntum
mawar merah, berarti ia menaruh cinta kasih terhadap gadis itu.
3) Cinta
kasih antara sesama manusia. Apabila seorang sahabat berkunjung kerumah
kawannya yang sedang sakit dan membawa obat kepadanya, menghiburnya serta
medoakannya berarti sahabat itu menaruh cinta kasih terhadap kawannya yang
sakit itu.
4) Cinta
kasih antara manusia dan Tuhan. Apabila seorang taat beribadah, menuruti
perintahnya dan menjauhi segala larangan Tuhan, orang itu mempunyai cinta kasih
kepada Tuhan pencipta-Nya
5) Cinta
kasih manusia terhadap lingkungannya. Apabila seseorang menciptakan taman yang
indah, memelihara tanaman pekarangan, tidak menebang kayu di hutan seenaknya,
menanam tanah gundul dengan teratur, tidak berburu hewan secara semena-mena
bisa dikatakan orang tersebut menaruh cinta kasih atau menyayangi lingkungan
hidupnya.
C. Ungkapan Cinta Kasih
Cinta kasih adalah ungkapan perasaan yang diwujudkan dengan tingkah
laku, seperti dengan kata-kata, tulisan, gerak, atau media lainnya.
Ungkapan dengan kata-kata atau pernyataan, misalnya ungkapan. Aku
cinta padamu. Ungkapan dengan tulisan, misalnya surat cinta, surat Ibu kepada
putrinya. Ungkapan dengan gerak, misalnya salaman, pelukan, dan rangkulan.
Ungkapan dengan media, misalnya setangkai bunga, benda suvernir dan benda kado.
Ungkapan-ungkapan ini selain dalam bentuk nyata, juga dalam bentuk karya
budaya, misalnya seni suara, seni sastra, seni drama, film, dan seni lukis.
Orang yang mempunyai pesona cinta kasih, hidupnya penuh gairah,
semangat, banyak inisiatif, dan penuh kreatif, bagi seniman perilaku cinta
kasih dituangkan
dalam bentuk karya budaya sehingga dapat dinikmati pula oleh
masyarakat/khalayak. Dengan demikian, masyarakat dapat memetik nilai-nilai kemanusia
yang terungkap melalui karya budaya itu.
D. Cara Mewujudkan Cinta Kasih
Cinta kepada sesama adalah perasaan simpati yang
melibatkan emosi yang mendalam menurut Erich Fromm, ada empat syarat untuk
mewujudkan cinta kasih, yaitu: 1. Pengenalan 2. Tanggung jawab 3. Perhatian 4.
Saling menghormati.
E.
Cinta Kasih Menurut Bahasa Indonesia
Menurut
kamus umum bahasa indonesia karya w.j.s. poerwadarminta, cinta adalah rasa
sangat suka(kepada) atau (rasa) sayang (kepada), ataupun (rasa) sangat kasih
atau sangat tetarik hatinya. Sedangkan kata kasih artinya perasaan sayang atau
cinta kepada atau menaruh belas kasihan. Dengan demikian arti cinta dan kasih
hampir bersamaan, sehingga kata kasih memperkuat rasa cinta. Karena itu cinta
kasih dapat diartikan sebagai perasaan suka(sayang) kepada seseorang yang
disertai dengan menaruh belas kasihan.
Walaupun cinta kasih mengandung arti hampir
bersamaan, namun terdapat perbedaan juga antara keduanya. Cinta lebih
mengandung pengertian mendalamnya rasa, sedangkan kasih lebih keluarnya; dengan
kata lain bersumber dari cinta yang mendalam itulah kasih dapat diwujudkan
secara nyata.
Cinta memegang peran yang penting dalam
kehidupan manusia, sebab cinta merupakan landasan dalam kehidupan perkawinan,
pembentukan keluarga dan pemeliharaan anak, hubungan yang erat dimasyarakat,
dan hubungan manusiawi yang akrab. Demikian pula cinta adalah pengikat yang
kokoh antar manusia dengan tuhannya sehingga manusia menyembah tuhan dengan
ikhlas, mengikuti perintahnya, dan berpegang teguh pada syariatnya.
Cinta
memiliki tiga tingkatan, yaitu tinggi, menengah dan rendah.
* Cinta
tingkat tertinggi adalah cinta kepada tuhan.
* Cinta
tingkat menengah adalah cinta kepada orangtua, anak, saudara, istri atau suami
dan kerabat.
* Cinta
tingkat terendah adalah cinta yang lebih mengutamakan cinta keluarga, kerabat,
harta dan tempat
tinggal.
Menurut
ibnu al-arabi
Mari
kita simak pendapat Ibnu al-arabi (tokoh filosofo islam) mengenai rasa cinta.
Ibnu al-araby membagi cinta pada 3 tingkatan, yaitu:
1.Cinta
Natural.
Cinta ini bersifat subjektif, kita lebih mementingkan keuntungan diri
sendiri. Contohnya, kita dapat mencintai seseorang karna dia telah menolong
kita, berbuat baik pada kita. Seperti cintanya seekor kucing pada majikannya
karna telah merawatnya.
2.Cinta
Supranatural.
Cinta ini brsifat objektif, tanpa pamrih. dimana kita akan
mencintai seseorang dengan tulus tanpa mengharapkan timbal balik walau masih
ada muatan subjektif. Contohnya seperti cintanya seorang ibu pada anaknya, ia
rela berkorban apapun dan bgaimanapun caranya demi kebaikan anaknya walaupun
tanpa ada balasan (rasa cinta) dari anaknya tersebut. Pada tingkat inilah kita
akan mulai memahami pepatah yang menyabutkan “CINTA TAK HARUS MEMILIKI”
3.Cinta
Ilahi. Inilah kesempurnaan dari rasa cinta. Kita tidak hanya akan mendahulukan
kepentingan objek yand kita cintai,. Lebih dari itu, ketika kita telah mencapai
tingkatan ini kita tidak akan lagi melihat diri kita sebagai sesuatu yang kita
miliki, penyerahan secara penuh, sirnanya kepentingan pribadi. Kita merasa
bahwa apapun yang kita miliki adalah milik objek yang kita cintai.
Menurut
KANG ZAIN
1.
Cinta berbasis Shodr (lapisan hati luar)
2.
Cinta berbasis Qolbu (lapisan hati tengah)
3.
Cinta berbasis Fuad (lapisan hati dalam)
Mari
kita simak,
1.
Cinta berbasis Shodr (lapisan hati luar)
Ciri-cirinya
adalah perasaan mudah gelisah, kecenderungan yang ada adalah untuk memiliki
bukan untuk memberi. Sifatnya jasadi atau fisik. Dan kental sekali berbau
dunia. Ingin punya ini dan ingin punya itu … tapi sering lupa mensyukuri apa
yang sudah dimiliki.
2.
Cinta berbasis Qolbu (lapisan hati tengah)
Ciri-cirinya
adalah perasaan kadang gelisah tapi kadang tenang bahagia. Kadang menikmati
tapi kadang menyesali. Kadang inget Tuhan tapi kadang inget kekasih hati
ciptaan Tuhan. Perasaannya bolak-balik seperti Qolbu. Jika ia memiliki hati
yang bersih maka walaupun ia mencintai makhluk Tuhan, ia tetap paham prosedur
syariat yang harus dilewati. Sehingga ia bisa memiliki sesuatu dengan cara yang
dirahmati Tuhan.
3.
Cinta berbasis Fuad (lapisan hati dalam)
Inilah
cinta yang sejati, sangat dalam dan penuh sensasi yang melupakan (dunia). Ia
begitu dalam sehingga tidak mudah lepas, bahkan tidak bisa lepas. Hatinya
bergantung penuh kepada Tuhan. Ia nyaris lupa akan dunia. Dan itulah yang jadi
masalahnya. Ia terkadang lupa akan bajunya yang mungkin saja kurang pantas
dilihat. Ia tidak lagi memikirkan penilaian orang terhadapnya. Itu sebabnya ia
pun sering beristghfar karena khawatir tidak mampu mencintai Makhluk Tuhan,
sehingga ada yang terzalimi karena begitu kuat cintanya kepada Tuhan. Hatinya
tenang karena dekat kepada Tuhan, dan hatinya pun gelisah karena ingat
dosa-dosanya yang tak mampu dilihatnya. Mungkin saja ia sampai bingung apalagi
yang mau di-istighfari, padahal ia sangat menyukai istighfar dan taubat, tapi
ia begitu anti berbuat maksiat.
Triangular
Theory of Love
Di
dalam teori ini, cinta digambarkan memiliki tiga elemen/komponen yang berbeda,
yaitu : keintiman (intimacy), gairah/nafsu (passion), dan kesepakatan/komitmen
(commitment). Teori ini dikemukakan oleh Robert Sternberg – seorang ahli
psikologi. Berbagai gradasi maupun jenis cinta timbul karena perbedaan
kombinasi di antara ketiga elemen tersebut. Suatu hubungan interpersonal yang
didasarkan hanya pada satu elemen ternyata lebih rapuh daripada bila didasarkan
pada dua atau tiga elemen.
Berdasarkan
“Triangular Theory of Love” disebutkan beberapa bentuk-bentuk (wajah) cinta,
yaitu :
1. Menyukai (liking) atau pertemanan karib
(friendship), yang cuma memiliki elemen intimacy. Dalam jenis ini, seseorang
merasakan keterikatan, kehangatan, dan kedekatan dengan orang lain tanpa adanya
perasaan gairah/nafsu yang menggebu atau komitmen jangka panjang.
2. Tergila-gila (infatuation) atau
pengidolaan (limerence), hanya memiliki elemen passion. Jenis ini disebut juga
Infatuated Love, seringkali orang menggambarkannya sebagai “cinta pada
pandangan pertama”. Tanpa adanya elemen intimacy dan commitment, cinta jenis
ini mudah berlalu.
3. Cinta hampa (empty love), dengan elemen
tunggal commitment di dalamnya. Seringkali cinta yang kuat bisa berubah menjadi
empty love, yang tertinggal hanyalah commitment tanpa adanya intimacy dan
passion. Cinta jenis ini banyak dijumpai pada kultur masyarakat yang terbiasa
dengan perjodohan atau pernikahan yang telah diatur (Era Siti Nurbaya dan Datuk
Maringgih?)
4. Cinta romantis (romantic love). Cinta
jenis ini memiliki ikatan emosi dan fisik yang kuat (intimacy) melalui dorongan
passion.
5. Cinta persahabatan sejati (companionate
love). Didapatkan pada hubungan yang telah kehilangan passion tetapi masih
memiliki perhatian dan intimacy yang dalam serta commitment. Bentuk cinta
seperti ini biasanya terjadi antar sahabat yang berlawanan jenis.
6. Cinta semu (fatuous love), bercirikan
adanya masa pacaran dan pernikahan yang sangat bergelora dan meledak-ledak
(digambarkan “seperti angin puyuh”), commitment terjadi terutama karena
dilandasi oleh passion, tanpa adanya pengaruh intimacy sebagai penyeimbang.
7. Cinta sempurna (consummate love), adalah
bentuk yang paling lengkap dari cinta. Bentuk cinta ini merupakan jenis
hubungan yang paling ideal, banyak orang berjuang untuk mendapatkan, tetapi
hanya sedikit yang bisa memperolehnya. Sternberg mengingatkan bahwa memelihara
dan mempertahankan cinta jenis ini jauh lebih sulit daripada ketika meraihnya.
Sternberg menekankan pentingnya menerjemahkan elemen-elemen cinta ke dalam
tindakan (action). “Tanpa ekspresi, bahkan cinta yang paling besar pun bisa
mati” kata Sternberg.
8. Non Love, adalah suatu hubungan yang
tidak terdapat satupun dari ketiga unsur tersebut. hanya ada interaksi namun
tidak ada gairah, komitmen, ataupun rasa suka.
Study
Kasus :
Pernah
tidak sih mendengar cerita dari sahabatmu atau temanmu yang bercerita tentang
pacarnya ?
Tentang
indahnya punya pacar ? tentang bahagia yang di dapatkannya dari sang kekasih
hati ? pasti sering kan ? banyak sekali cerita tentang cinta dari yang bahagia
hingga yang menyedihkan dan tragis. Tapi itu semua hanya cinta kepada sesama
umat manusia.
Pernah
tidak mendengar malihat temanmu yang bercerita sambil menangis ketika
meninggalkan ibadahnya ? pernah tidak mendengar penyesalan telah meninggalkan
kegiatan agamanya ? tentu jarang ! atau mungkin tidak sama sekali.
Inilah
bedanya, kadang manusia suka lupa bahwa ia harus lebih mencintai sang
penciptanya daripada umat manusia yang juga di ciptakan sang pencipta.
Opini
:
Menurut
saya apapun jenis cinta, apapun tingkatan cinta itu hanyalah masalah hati. Hati
yang menentukan semuanya akan seperti apa, dan akan bagaimana.
Sebagai
umat manusia kita harus bersyukur karena masih ada cinta di dunia ini yang bisa
mempererat tali persaudaraan, memperbanyak tali silaturahmi dan dapat mecegah
tindakan anarkisme terjadi.Memang cinta pada manusia itu buta tapi cinta tidak
tuli, masih bisa di dengar kata-kata pujian untuk yang di Cinta. Masih bisa di
rasakan perbuatan n perlakuan istimewa untuk yang di cinta.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Cinta memang sesuatu yang indah dan mulia, hanya ukuran dan nilai
cinta berbeda beda. Cinta, khususnya antara dua pasang kekasih, terutama bila
terjadi diantara dua remaja, kaum muda, maka seolah seolah dunia ini hanya
mereka berdualah yang ada dan yang memilikinya.
Indah, mulia tetapi juga sering berakhir tragis seperti dikisahkan
dalam cerita legendaris dari dramawan dan sastrawan Inggris William Shakespeare
melalui ~ Romeo and Juliet ~ atau Sampek & Ingtay cerita cinta kuno dari
Tiongkok, Siti Nurbaya oleh Marah Roesli dari Indonesia. Masih banyak lagi
tentunya cerita sejenis. Cinta yang menurut alur pikiran penulisnya, pencetus
kisah romantis dan melankolis ini dibumbui dengan liku liku percintaan yang
mempunyai ikatan kuat dan murni, sebuah cinta sejati.
Semua ini untuk menguras airmata pembacanya. Selalu indah penuh
pengorbaan dan mengharukan. Ini hanya sebuah kisah khayalan yang didramatisir.
Masih adakah cinta seperti itu pada kenyataan, khususnya jaman sekarang ? Dunia
yang makin maju kedepan dengan loncatan loncatan yang kadang mencengangkan
dalam segala bidang, terutama `arti kebebasan` yang justru sering digunakan
sebagai pintu gerbang untuk melewati batas batas yang seharusnya tetap dijaga
dan tidak dilanggar.
Ladang dan kesempatan untuk melakukan hubungan cinta atau bercinta
tersedia dan terbuka luas dan bebas, hampir tanpa batas dibanding jaman ketika
cerita romantis yang penuh keindahan cinta itu ditulis. Sebebas terjadinya
penyimpangan penyimpangan yang pada umumnya berakhir penuh derita dan
penderitaan, bahkan malapetaka. Tidak sedikit menghantui sepanjang sisa hidup.
Cinta itu mulia. Cinta bisa sangat indah. Cinta itu adalah
kebahagiaan, tetapi, manakala cinta itu tidak sesuai dengan apa yang
dibayangkan, apa yang diperkirakan, apa yang didambakan dan diharapkan dan
bahkan jauh dari bayang bayang keindahan, betolak belakang dari kenyataan dan
indahnya cinta yang sudah terlanjur tercipta dalam bayang bayAng dan angan
angan dua sejoli, maka cinta bisa sangat menyakitkan dan menimbulkan
penderitaan yang luar biasa. Salah satu atau kedua duanya yang terlibat
didalamnya, bahkan pancaran baik buruknya, kebahagiaan dan kegagalan serta
kesedihan yang berlanjut dengan penderitaan sering sanggup menyentuh dan
dirasakan orang disekitarnya.
Makalah - Artikel - Tugas Lengkap
BalasHapuscemon guys...
http://seramoe-printstation.blogspot.com/
kenapa tidak dicantumkan sumbernya?
BalasHapus